“Suatu pemikiran dari seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu institut di kota pahlawan”
Masalah pembiayaan seakan menjadi momok besar dan hambatan utama dalam pembangunan di negeri ini. Seringkali kita melakukan kerjasama dengan pihak asing dalam melaksanakan pembangunan, misalnya saja dalam proyek-proyek pembangunan jalan atau proyek pembangunan tempat pengolahan sampah. Hal tersebut sebenarnya salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pembiayaan, namun jika kita mencoba berpikir jauh ke depan itu bukanlah solusi yang terbaik. Suatu perusahaan atau negara melakukan kerjasama dengan pihak lain pasti untuk mencari keuntungan, sama hal nya jika kita melakukan kerjasama dengan orang lain untuk bisnis, maka yang kita pikirkan hanya bagaimana kita bisa memperoleh keuntungan besar dengan pengeluaran kecil.
Pada dasarnya saya lebih suka jika negara ini tidak melakukan kerjasama dengan pihak asing karena jika diperhatikan lebih teliti, banyak potensi-potensi dari dalam negeri yang bisa dioptimalkan untuk menjadi sumber pembiayaan pembangunan. Contohnya saja, negara kita sangat kaya akan bahan mineral dan tambang, hal itu seharusnya bisa dioptimalkan untuk menjadi kekuatan negara dalam hal pembiayaan. Selain itu, usaha-usaha kecil sektor menengah juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian kawasan-kawasan tertinggal. Menurut saya ada beberapa hal yang menjadikan negara ini sulit berkembang secara ekonomi, diantaranya:
1. Kurang mengembangkan potensi ekonomi yang ada di dalam negeri;
2. Kurang mengembangkan temuan2 dalam negeri untuk menjadi sumber pembiayaan baru, terutama dalam hal teknologi;
3. Selalu melihat bahwa negara lain lebih hebat dari negara kita, sehingga menyebabkan orientasi selalu kepada negara lain; dan
4. Tindak korupsi yang sudah mengakar.
Dengan menghilangkan empat poin diatas, sekiranya negara ini mampu bangkit menjadi negara yang mandiri dalam pembangunan. Gunakanlah prinsip berdagang, jika tak punya modal mulailah menjual yang kecil dan murah, terus begitu sampai memiliki modal yang besar dan menjual barang yang mahal sehingga mendapat keuntungan yang besar. Majulah Indonesia !!
by: rizky farandy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
selamat siang..
BalasHapusbahasan anda cukup menarik..
setuju sama 4 point anda
namun ada hal2 kecil yang masih perlu diperhatikan...
"rendahnya moral bangsa" hehhe.
hal itu berpengaruh sekali lo kalo menurut saya..
misal saja.. dari kecil kita semua terlatih untuk mencontek waktu ujian (ini mayoritas kali yaa) .. heheh
trus kita kalo beli buku di skolah, yg semestinya harganya 10ribu.. kita biasanya minta 15ribu.. hehe
dan lain sebagainya...
kalo itu sudah dapat di minimalisir insyaallah bisa negara ini berdiri tegak..
jadi kadang negara ini.. lebih mementingkan perbaikan sistem negara, buka perbaikan individu masing2 masyarakatnya. entah apa yg menyebabkan ini.. hehe
setelah smua bisa di minimalkan.. maka negra kita bisa berdiri mandiri dan bisa membantu dalam sisi pembangunan negara..
ada baiknya kita toleh bangsa cina ! :D hehe.. mereka bersakit2 dahulu baru bikin infrastruktur.. kemudian bersenang2 deh akhirnya.. kalo kita bersenang2 dulu... bikin infrastuktur eh yg ujung2nya gak dipake apa2 infrastruktur nya..
sudah itu saja komentar saya..
heheh.. maaf ya jika ada salah2 kata.. kan cuma opini..
semangat trus bangsa indonesia !!..
salaam
BalasHapusajib ajib ajib
Sebuah negara tidak dapat dikatakan sejahtera meski memiliki pendapatan nasional yang tinggi apabila pendapatan tersebut dimiliki dan dinikmati oleh segelintir orang atau golongan tertentu saja. Sebuah Negara dikatakan sejahtera bila perbandingan pendapatan nasional dengan jumlah penduduknya seimbang.
dalam satu riwayat:
“Indikator keridhoan Allah swt pada makhluknya adalah adilnya pemerintahan mereka dan kesederhanaan (rakhshu = murah, penerj suka pada barang murah) masyarakat mereka. Dan indikator kemarahan Allah swt pada makhluknya adalah jahatnya pemerintahan mereka dan kemewahan (ghola’=mahal, penerj suka barang mahal) masyarakatnya.”
pindah area kajian nih,,cuk??
hehe
sukses sukses..!!
Sutio 'theo' Hartono
@nikabon: wahh contohnya bangsa cina yaa..bagus mereka memang, bekerja keras untuk hasil yang lebih baik memang sangat diperlukan, saya setuju dengan anda..pemerintah harus bisa mengontrol jalannya perekonomian negara untuk beberapa waktu, bukan sperti skrg yang serba bebas, sepertinya bangsa kita belum siap untuk bersaing
BalasHapusselain pembenahan dari sisi ekonomi, memang sepertinya revolusi mental manusianya juga perlu yaa,hhe..yaa mulai lah dari diri kita sendiri buat menghargai bangsa ini
@sutio: wahh ini ahli ekonomi nya hadir.hehe
setuju sekali dengan pernyataan anda, peningkatan ekonomi yang digembor2kan di tivi sepertinya bukan milik rakyat.hehe
dalam Islam trnyata gitu juga yaa ajarannya.masuk lah kalo gitu. :D
*ga pake misuh mas tolong. :D
4 aspek yang kamu bilang:
BalasHapus1. Kurang mengembangkan potensi ekonomi yang ada di dalam negeri;
2. Kurang mengembangkan temuan2 dalam negeri untuk menjadi sumber pembiayaan baru, terutama dalam hal teknologi;
3. Selalu melihat bahwa negara lain lebih hebat dari negara kita, sehingga menyebabkan orientasi selalu kepada negara lain; dan
4. Tindak korupsi yang sudah mengakar.
memang benar, tp menurut saya bawahan akan mengikuti atasan.
atasan yang goblok akan membawa serta perusahaan dan bawahannya ke jurang kehancuran.
jadi intinya: kalo atasan (presiden) pintar dan jajarannya yang tergolong atasan juga pintar maka bangsa akan sedikit demi sedikit akan berubah...
percuma punya teknologi maju, sumberdaya berkualitas, dll kalo atasannya bobrok ya tetep bobrok.
negri di manapun, di jaman apapun, bangsanya akan mengikuti perilaku rajanya/penguasanya.
mau contoh?
banyak jeh!!!
cari dewe di google.
jadi saran aja, seharusnya mental atasan adalah bukan seoarang yang bersifat bos, justru atasan adalah pelayan dari bawahan.
karena apa?
kalian gak akan di jadikan atasan kalo kalian gak di pilih sama bawahan.
jadi seharusnya sikap seoarang atasan adalah seperti sifat nabi muhammad, minimal sahabatnya nabi. insyallah bukan hanya menjadi bangsa yang maju tapi bangsa yang hebat.
@titan:
BalasHapushehehe keras sekali pendapat mas titan
tapi sebaiknya yaa yang diatas sm yang dibawah sama2 pinter
soalnya skrg ini keseringan masyarakat selalu memandang negatif pemerintah, harusnya ada kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah
semoga negara kita mampu mandiri secara ekonomi agar dapat melaksanakan pembangunan secara mandiri.
wahh ini saya lihat sebagai pemikiran yang bagus, tapi agak sulit kalo menerapkan hal itu saat ini..tak apa lah menggunakan bantuan dari pihak asing,asal pilih2 dan hati2 dalam melakukan kerjasama
BalasHapus@anonim: wahh sulit yaa kalo menerapkan itu sekarang.??
BalasHapuskenapa sulit.??
saya rasa bisa saja, memang harus mulai dari mental manusianya seperti dibilang mbak nikabon.hhe
kondisi saat ini di Indonesia, proyek pembangunan yang ada sebagian besar dikerjakan dengan modal investasi dari pihak asing..
BalasHapusdengan adanya saran untuk melakukan prinsip "dagang" apakah akan menjamin hasil dari suatu proyek pembangunan yang sepenuhnya ditangani oleh pemerintah akan lebih memenuhi standart dan lebih layak jika dibandingkan dengan adanya investor asing yang turut andil dalam kegiatan pembangunan infrastruktur, dll tentunya tanpa melihat keuntungan yang didapat..
faktanya masyarakat lebih cenderung menginginkan suatu hal yang benar baik dari segala sisi (pembangunannya, fasilitasnya, kelayakannya, dll)tanpa melihat siapa pemilik modal dan siapa yang membangun.
numpang komen bang :)
makasihh
@uren paper ioo:
BalasHapuskayanya orang indonesia kreatif2 deh
banyak lhoo ide2 indonesia yang belum diwujudkan, seperti hasil2 rekayasa teknologi nya anak ITS, coba itu bisa dikembangkan bisa jadi pemasukan modal buat negara juga kan
dan yang lucunya lagi, bnyak orang2 kaya di indonesia yang malah menanamkan modal di luar drpd di dalam negeri (ironis memang)
sepertinya saya kurang setuju dengan pendapat anda bung randy
BalasHapusjaman sekarang susah kalo mau mandiri, udah telat untuk mencoba menjadi bangsa mandiri, yaa solusi kerjasama dengan pihak asing merupakan cara yang baik menurut saya, hanya saja jangan asal melakukan kerjasama dengan pihak asing, harus diteliti terlebih dahulu untung ruginya
terima kasih