Peningkatan penggunaan kendaraan pribadi di koridor Blok M-Kota menyebabkan penggunaan ruas jalan tidak efektif karena tingkat keterisian yang rendah (biasanya hanya diisi oleh satu orang). Untuk mengatasi masalah ini, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan three in one yang mewajibkan kendaraan pribadi mengangkut minimal 3 penumpang pada kawasan pengendalian. Sebagai satu-satunya kebijakan transportasi yang berkaitan dengan pembatasan penggunaan moda transportasi di DKI Jakarta, keefektifan kebijakan three in one menarik dan perlu untuk dievaluasi.
Evaluasi keefektifan kebijakan dilakukan secara kualitatif dengan melakukan qualitative analysis pada hasil wawancara melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. reduksi data
2. penyajian data
3. penarikan kesimpulan.
Keefektifan kebijakan three in one diindikasikan dari kemauan kelompok sasaran kebijakan three in one (pengguna kendaraan pribadi) untuk beralih ke angkutan umum, sehingga terjadi pengurangan kendaraan pribadi sepanjang kawasan pengendalian. Sampel kelompok sasaran kebijakan three in one yang diteliti diambil secara purposive dengan pendekatan snowball sampling pada masyarakat, Dishub DKI Jakarta, dan pengelola bisnis yang terkait secara langsung dengan three in one.
HASIL EVALUASI
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa moda transportasi yang digunakan kelompok sasaran kebijakan three in one setelah adanya kebijakan three in one adalah kendaraan pribadi dengan alasan fleksibilitas, kenyamanan, dan keamanannya.
Kelompok sasaran kebijakan three in one menilai kebijakan three in one belum efektif mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum, walaupun respons pengguna kendaraan pribadi dalam menyiasati three in one menunjukkan bahwa kebijakan three in one cukup berhasil mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang melintas di sepanjang kawasan pengendalian selama three in one berlangsung. Hal ini lebih disebabkan pengguna kendaraan pribadi memilih untuk menyiasati kebijakan tersebut dengan menggunakan jalur alternatif, menggunakan moda bersama, mempercepat waktu pergerakan yaitu sebelum waktu three in one berlaku maupun menunda waktu pergerakan yaitu sesudah waktu three in one selesai, dibandingkan harus mengalihkan moda transportasinya ke angkutan umum.
Perbedaan karakteristik pekerjaan dan status sosial ekonomi kelompok sasaran dapat menyebabkan perbedaan penilaian kelompok sasaran mengenai keefektifan three in one. Faktor penyebab belum efektifnya kebijakan three in one adalah masih belum memadainya angkutan umum yang melintas di sepanjang kawasan pengendalian akibat masih terbatasnya cakupan rutenya dan affordability masyarakat DKI yang tinggi.
Rekomenadsi yang diusulkan ialah peningkatan kenyamanan, keamanan dan fleksibilitas busway dengan memperluas cakupan rute, penyediaan feede, penertiban joki dan perluasan kawasan pengendalian three in one mencakup jalur alternatif dari atau menuju Koridor Blok M - Kota. (ITB Center Library)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kalo kenyamanan busway ditingkatkan apa nggak jadi mahal ?
BalasHapus@aku nikabon
BalasHapusitu masih jauh lebih baik daripada kendaraan pribadi semakin meningkat, soalnya 3 in 1 itu ga efektif, bisa diakali pake berbagai macam cara.
jadi, lebih baik pindah busway, kalo busway nyaman orang2 pada mau naik busway dan ga perlu lagi 3 in 1
sebenarnya kebijakan three-in-one itu bagus, akan tetapi pada pelaksanannya di lapangan kurang ketat dan tegas, sehingga menyebabkan banyak pelanggaran (joki, penumpang kurang dari 3)
BalasHapusuntuk peningkatan keamanan dan fleksibilitas busway dengan memperluas cakupan rute, dan penyediaan feeder, sebenarnya itu bukan sesuatu yang urgensinya tinggi. akan tetapi urgensinya adalah bagaimana meningkatkan angka perpindahan antar moda (pribadi ke publik). jika aturan three-in-one sudah didukung oleh kendaraan rapid mass (busway) maka yang perlu dilakukan adalah menerapkan aturan pajak progresif dan pencabutan subsidi bbm bagi kendaraan pribadi. sehingga nantinya angka perpindahan antar moda akan meningkat
Lebih kurang sepuluh tahun kemacetan Jakarta tidak mampu diatasi oleh pemerintah. Banyak sudah kebijakan yang dikeluarkan untuk memecahkan batu masalah yang tak pernah terpecahkan. Mulai dari kebijakan "3 in 1", pengaturan waktu (jam) berangkat kerja sampai penerapan konsep bus way dan kereta express antar distrik Jakarta hanya dianggap angin lalu saja bagi mayoritas warga Jakarta karena berfungsi sesaat saja. Pada akhirnya, warga Jakarta yang terdiri dari berbagai tingkat ekonomi kembali ke zona nyaman mereka, yaitu naik kendaraan pribadi baik motor maupun mobil, baik sendiri maupun bersama dalam berkendara.
BalasHapusSedikit keluar dari pembahasan, Apakah pemerintah Jakarta betul-betul paham apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah kemacetan ini? saya meragukannya, kenapa?
Pertama, setiap kebijakan terlihat hanya diracik sepihak saja tanpa keterlibatan elemen warga Jakarta.
Kedua, lemah dalam mensosialisasikan konsep kepada warga Jakarta. Ini sangatlah penting untuk mencerdaskan masyarakat dengan penggiringan opini publik yang positif.
Menurut saya *Jika pemerintah ingin "melancarkan" Ibu Kota, maka benahi dan ciptakan angkutan massal yang mengutamakan amenitas (kenyamanan) seluruh warga Jakarta*
Apa solusi anda jika kebijakan three in one ini tidak berhasil??
BalasHapusibu kota jakarta sudah sangat penuh sebagai sebuah ibu kota negara.bagaimana jika ibu kota dipindah kalimantan,sedangkan jakarta dibenahi dengan sepenuhnya..:D
BalasHapusterimakasih untuk saran teman2
BalasHapuspada intinya menurut saya kualitas angkutan massal yang baik dan terintegrasi adalah jawaban dari masalah penumpukan kendaraan yang terjadi di Jakarta
apa mengganti kebijakan dengan mencurahkan ke busway akan mengatasi penumpukan kendaraan di jakarta?
BalasHapusmengapa sih banyak orang gak mau memakai angkutan massal untuk bepergian? jawabannya menurut saya ada 2, yaitu masalah kenyamanan dan keamanan.
mengapa tidak nyaman? karena eh karena judi itu haram......(sorry bang OOT, butuh guyon pisan soale)
kembali ke topik
knp tidak nyaman? karena masih bnyk penumpang yang iseng yang suka merusak angkutan massal dengan berbagai macam cara, dan membuang sampah di angkutan masal tersebut.
knp tidak aman? karena masih bnyk pencopet dan kawan2nya yang berkeliaran di dalam angkutan massal tersebut.
jadi intinya harus dibenahi dl masalah keamanan dan kenyamanan tersebut....
CMIIW
VIVAT BAH
@mas titan
BalasHapusbetul apa yang sampean bilang mas.
masalah keamanan dan kenyamanan emg bikin orang mls naek umum
mungkin kedepan nya kenek yang adan di tiap kendaraan bisa difingsikan sebagai keamanan juga, jadi kalo ada yang iseng coret2 ato copet langsung diturunin aja, ato dipukul (pake pukulan sayur.haha)
jadi yang apik itu ya, ngambil kenek mantan INTEL, jadi preman g brani macem2.
BalasHapusatau cari kenek yang mantan Preman, soalnya sesama preman di larang mengganggu....
iki aku yakin commentq g di approve
@mas titan
BalasHapuswahh, gawat itu mah
ntar yang ada angkutan umum malah jadi tempat reuni preman, tmbah ga aman mas.
three in one memang salah satu metode untuk membantu mengurangi tingkat kemacetan Kota Jakarta yang terkenal itu, tapi saya rasa kurang bisa mengena karena tidak mungkin satu kendaraan memiliki tujuan (awal dan akhir)yang sama . padahal kualitas angkutan massal sendiri belum memenuhi bagi kebutuhan masyarakat . apakah metode seperi pembiasaan penggunaan kendaraan umum tidak dicoba diterapkan namun, diikuti dg perbaikan kualitas angkutan massal dan penekanan biaya :) terima kasih .. maaf apabila saran kurang memuaskan
BalasHapus@anggi
BalasHapussetuju sama mbak anggi.
makanya 3 in 1 ini saya evaluasi, untuk membuktikan bahwa itu tidak efektif
three in one hanya menjadi lumbung pekerjaan baru buat pengangguran
BalasHapussaya tertarik dengan kebijakan ERP yang baru diterapkan, mari kita evaluasi bersama kebijakan itu
@ridwan
BalasHapuskita tunggu efektifitas ERP, beberapa waktu kedepan mungkin bisa kita evaluasi sama-sama.
(secara sama2 orang jakarta nii kita.hehe)
saya rasa sulit untuk menyelesaikan masalah kemacetan di jakarta.orang2 kaya tidak akan pernah mau pindah ke angkutan umum, yang dicari hanya kenyamanan semata
BalasHapuspecayalah